Jumat, 20 April 2012

Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar (jantje rasuh)


Permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar


Gerakan pembentukan karakter begitu gencar dibicarakan saat ini seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang betapa penting pembentukan karakter. Menurut Stephen R Covey (2004) 90 persen nilai kepemimpinan adalah karakter. Sementara penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan 80 %  perilaku seorang pemimpin tergantung pada karakter personal orang tersebut (Warren Benis, dalam Educare Mei 2009).
Dalam pembentukkan karakter perlu juga diperhatikan problem atau situasi konkrit yang dialami subjek atau anak didik. Sehingga pembentukan karakter itu bertolak dari permasalah real serta berbasis data. Saat upaya memahami pribadi anak didik kebanyakkan mengunakan teori yang berasal dari dunia barat.  Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengetahui permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar secara kontekstual.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi dalam memahami permasalahan anak usia sekolah dasar dalam budaya kontekstual. Selain itu juga hasil penelitiaan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pembentukan karakter anak usia sekolah dasar.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan anak usia Sekolah Dasar. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah dasar Katolik di kota Merauke. Subjek penelitiannya adalah orang tua murid yang menghadiri pertemuan dengan pihak sekolah pada tanggal 14 Februai 2011. Para orang tua murid yang hadir diminta mengisi angket yang berisi pertanyaan seputar permasalahan yang dialami oleh anak-anak mereka. Angket yang diisi atau dikembalikan oleh orang tua murid berjumlah 125 buah. Jadi penelitian ini adalah penelitian jenis survei.
Metode pengambilan sampel dengan tehnik Sampling Kuota. Sampel dalam penelitiaan ini ditentukan batas jumlahnya sesuai dengan jumlah orang tua murid yang hadir dalam pertemuan dengan pihak sekolah. Selain itu juga tidak semua angket yang dibagikan dikembalikan sesuai dengan jumlahnya. Maka jumlah angket yang dikembalikan dijadikan sampel penelitian.
Hasil Penelitian
Dari hasil survei permasalahan yang dialami anak usia  sekolah dasar umur 6 samapai 13 tahun melalui angket yang kembali dibuat klasifikasi data. Hasil klasifikasi data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Jumlah angka pada kolom frekuensi menunjuk pada banyak jumlah permasalahan yang dialami oleh anak  usia SD yang ditulis oleh orang tua murid.
Tabel klasifikasi bentuk permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar.

Permasalahan yang Dialami Anak Sekolah Dasar
Jumlah / Frekuensi
Malas belajar
43
Tidak patuh pada orang tua
43
Banyak Bermain
39
Emosi (cepat marah, memukul, manja, kurang percaya diri)
26
Malas bangun pagi
21
Nonton TV terlalu lama
11
Malas membantu orang tua
7
Jumlah Total
190
Catatan: Jumlah total lebih banyak dari jumlah responden karena ada responden yang memberikan lebih dari satu jawaban.

Hasil pada tabel di atas dapat dikelompokkan lagi menjadi lima isu permasalahan yang dialami oleh anak usia sekolah dasar di tempat dilaksankan penelitian. Adapun pengelompokkan permasalahan tersebut  berupa Malas, Banyak bermain, Tidak Patuh pada orang tua, Emosi, Nonton TV terlalu lama. Berikut penyajiannya dalam bentuk grafik frekuensi dan prosentase.
Grafik frekuensi permasalahan yang dialami anak sekolah dasar.
 
Grafik persentase permasalahan yang dialami anak sekolah dasar berdasarkan data pada tabel di atas.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya subjek mengalami permasalahan dengan kemalasan  sebanyak 37 %,  tidak patuh pada orang tua 22,60%, terlalu banyak bermain 20,5%, Emosi  13% dan nonton TV terlalu lama 5,70%.  Problem kemalasan ternyata menjadi permasalahan yang dominan. Maka nilai kedisiplinan dan kerja keras serta pantang menyerah merupakan hal penting yang harus diperjuangkan subjek penelitian. Para guru perlu memberikan pengalaman para peserta didik untuk mau bekerja keras, berbudaya pantang menyerah, budaya membaca, mandiri dan loyalitas (Hardiman, dalam Educare, Oktober 2008).
Selain itu masalah bermain cukup krusial dialami oleh anak usia sekolah. Pada usia ini anak memang memiliki minat besar untuk bermain. Oleh karena itu strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran semestinya menyenangkan serta menggunakan permainan. Hal ini akan mungkin lebih disukai anak dan mengurangi kebutuhannya untuk bermain ketika berada di rumah. Apabila keinginan anak untuk bermain dapat diarahka maka, ketika ia berada di rumah waktunya dapat digunakan untuk belajar atau mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Semoga hasil penelitiaan ini dapat menjadi sedikit sumbangsih dalam upaya pembentukan karakter yang berbasis data dan kontekstual. Sehingga para peserta didik tidak menjadi asing bagi dirinya sendiri, tidak asing juga bagi mereka yang membimbingnya. (Tulisan ini pernah diterbitkan di majalah Educare, Nomor 04/VIII/Juli 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar